Ceramah Ramadhan ke-24: Sifat Toleransi Dalam Perspektif Islam – Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa 2019 atau Ceramah Ramadhan 1440 H, judulnya adalah Sifat Toleransi Dalam Perspektif Islam, simaklah. Marilah kita tingkatkan semangat dan tekad untuk melaksanakan segala perintah Allah swt. Dan meninggalkan segala larangan-Nya. Dengan demikian, kita dapat meningkatkan pengabdian kepada Allah swt. Dalam tanggung jawab kita untuk mengemban amanat ibadah dan amanat khalifah di muka bumi ini, Allah swt. Telah memberikan tuntunan agama agar dapat terwujud tata hidup dan kehidupan yang teratur, baik dalam hubungannya dengan Allah swt, maupu hubungannya dengan sesama manusia. Dalam hal ini, pada diri Rasulullah saw, sebagai uswatun hasanah yang memberikan calour(warna) dalam kehidupan moder yang serba canggih sekarang ini.
Pada kesempatan ini penulis akan mengangkat topik dari salah satu ahlak Rasulullah saw. Yaitu sifat tasamuh.
Tasamuh dalam arti bahasa adalah sama-sama berlaku baik, lemah lembut, saling memaafkan (toleransi). Sedangkan dalam pengertian istilah, tasamuh adalah suatu sikap akhlak terpuji dalam pergaulan di mana rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang telah digariskan oleh Islam.
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara diperlukan komunikasi tasamuh. Tasamuh dapat diimplikasikan kedalam hal:
Tasamuh terhadap sesama muslim,danTasamuh terhadap non-muslim.
Tasamuh terhadap sesama muslim diantaranya adalah saling tolong -menolong. Rasulullah saw. Bersabda: (HQ. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis ini memberikan perumpamaan seorang mukmin terhadap orang mukmin lainnya. Hubungan keduanya bagaikan sebuah bangunan yang saling terkait. Maksudnya, orang mukmin itu keadaannya saling tolong-menolong, bantu-membantu untuk kemaslahatan pribadi dan masyarakat.
Allah swt. Berfirman di dalam Q.s. al-Maidah5: 2,berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَائِدَ وَلَا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Bercerai-berai dan saling mengecewakan satu sama lain, maka perbuataan itu bukanlah jiwa Islam dan tidak termasuk ajaran Islam sama sekali. Tolong-menolong adalah ruh Islam dan merupakan kekuataan umat Islam serta merupakan sikat bagi mereka yang bertauhid.
Apabila umat Islam hidup sendiri, saling acuh tak acuh satu sama lain, saling meremehkan arti ikatan ukhuwah Islamiyah dan masing-masing pribadi menurutkan hawa nafsunya, maka disitulah terletak kelemahan. Gerakan musuh Islam dapat menggongcangkan kekuatan Islam, lalu kekuataan Islam makin lemah, maka duniawi tidak dapat kita peroleh dan agama tidak bisa kita tegakkan dan paha kelak tidak dapat kita peroleh. Akhirnya rugilah dunia dan akhirat dan itu adalah kerugian yang jelas.
Sesungguhnya serigala itu akan memangsa kambing yang ditinggalkan jauh oleh kelompoknya, yang menyendiri dari gerombolannya.
Sungguh Rasulullah saw, telah memberikan, gambaran persatuan umat Islam dan sikap tolong-menolong sesama mereka dengan dijalaninya semua jari-jari tangannya dan memasukkan sebagian jari-jari itu kepada celah-celah kepala lainnya. Tidak diragukan lagi bahwa yang demikian itu menambahkan kuatnya masing-masing jari dan menambah kekuatan tangan yang berlipat ganda.
Demikian juga umat Islam jika terpadu, maka akan bertambah kekuataan dan memiliki kemenangan dan kehormatan.
Di dalam alquran surah al- Munafiqun 63: 8, Allah swt. Berfirman:
يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Yang artinya:
Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.
Oleh karena itu, untuk memperoleh kemuliaan, maka Islam melarang menganiaya, dilarang merendahkan orang lain dan dilarang pula menghina. Cukup seorang dianggap jelek jika dia menghina saudaranya sesama muslim. Tetapi kita seharusnya mengembangkan sikap tolong-menolong dalam hal yang baik dengan tulus dan ikhlas.
Islam tidak hanya menekankan barlaku baik atau toleransi terhadap sesama muslim, akan tetapi juga dianjurkan terhadap non muslim.
Kehidupan rasulullah saw. Dalam bermasyarakat senantiasa memperlihatkan sikap tasamuh, baik ketika beliau di mekkah maupun ketika beliau berada di Madinah.
Beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin, kaum Anshar dan kaum Yahudi dengan pigam Madinah. Dengan piagam Madinah tersebut dipersatukan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan sikap saling menghargai dan bersatu dalam membela negara, yang dilaksanakan dengan sikap kasih sayang. Rasulullah saw. bersabda:
Untuk tegaknya keamanan, kedamaian dalam masyarakat maka sifat toleransi antara umet Islam dan non-Islam hendaknya ditopan oleh sifat cinta kasih sesama. Sabda Rasulullah saw. Yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Aisyah r.a:Sesungguhnya Allah sangat berbelas-kasihan dan suka kasuh-sayang lemah-lembut dalam segala hal.
Jika sifat rahmat atau kasih- sayang menjadi ahlak dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan dikasihsayangi oleh seluruh manusia dan akan mendapatkan kasih -sayang dari Allah swt.
Sabda Rasulullah saw:‘’Siapa yang tidak kasih-sayang kepada sesama manusia maka tidak dikasihi Allah’’.
Jika manusia tidak memiliki kasih-sayang, maka cenderung kepada sikap kejam, dimana kejam telah menjadi akhlak, maka tidak akan ditimpa suatu musibah dan menderita kesempitan kare sudah tidak ada lagi tasamuh atau toleransi. Demikian juga Allah swt. Mencabut rahmat-Nya, maka kehidupan di dunia ini tidak merasakan nikmat, hanya penderitaan dan kesempitan. Untuk itu, marilah berkasih –sayang, baik terhadap sesama muslim maupun kepada non-muslim dalam menegakkan negara yang kita cintai ini.
Tasamuh atau toleransi tidak hanya untuk sesama umat Islam saja, tetapi dalam agama dengan tegas Allah swt. Menegaskan kepada kita seperti yang ditegaskan dala QS.al-Baqarah 2: 39:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Yang artinya:
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Negar kita telah menjamin atau mengakui 5 (lima) agama di mana pemeluknya bebas melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran Agama masing-masing. Rasulullah telah melaksanakan tolerasi dalam mengimplementasikan ajaran agama dan tetap komitmen dalam hal aqidah.
Seperti firman Allah swt. Dalam QS. Al-Kafirun ayat 1-6:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Yang artinya:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.
Islam tetah mengariskan kepada umatnya untuk mncapai kebahagiaan dunia dan akhirat diantaranya adalah dengan jalan memiliki sifat tasamuh, baik terhadap umat Islam sendiri maupun terhadap non-Islam dan tak terlepas tolerasi dalam agama.
Sebagai kesimpulan tulisan ini adalah sebagai berikut:
Umat Islam hendaknya tetap eksis dengan memupuk sifat tolong-menolong merupakan ruh Islam yang memperkokoh ukhuwah islamiyah. Dengan tasamuh memupuk rasa persaudaraan untuk menciptakan hidup yang damai dan penuh kasih-sayang.Sifat tasamuh adalah suatu perintah yang bernilai ibadah.[cp]