Naskah Khutbah Jumat Terbaru 2022 - Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan berbagi artikel mengenai contoh Naskah Khutbah Jumat Terbaru 2022, Yup Sebagai Umat Islam, maka khusus untuk laki-laki diwajibkan Untuk selalu shalat Berjamaah pada hari jumat tengah hari, sebelum shalat 2 rakaat, ada khutbah, inilah disebut Shalata Jumat. Blog ini akan menyajikan contoh Naskah Khutbah Jumat Terbaru 2022, simaklah:
Naskah Khutbah Jumat Terbaru 2022
الْحَمْدُ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَرْسَلَ إِلَيْنَا أَفْضَلَ الرُّسُلِ
وَأَنْزَلَ عَلَيْنَا أَفْضَلَ الكُتُبِ وجَعَلَنَا لَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ وَأَمَرَنَا بِالإِجْتِمَاعِ عَلى الحَق وَالهُدَى وَنَهَانَا عَنْ الإِفْتِرَاقِ
وَاتِّبَاعِ الهَوَى، أَحْمَدُهُ تَعَالَى وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لاَ
تُحْصَى، وَأَشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ لَهُ الْأَسْمَاءُ الحُسْنَى وَأَشْهَدُ
أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، تَرَكَ أُمَّتَهُ عَلَى الْمَحَجَّةِ الْبََيْضَاءِ
لاَ خَيْرَ إِلاَّ دَلََّهَا عَلَيْهِ وَلاَ شَرَّ إِلاَّ حَذَّرَهَا مِنْهُ، صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِهِ وَعَزَرُوْهُ
وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوْا النُّوْرَ الَّذِيْ أُنْزِلَ مَعَهُ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala, Rabb yang telah
mengutus kepada kita sebaik-baik utusan dan menurunkan sebaik-baik kitab suci.
Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan
benar selain Allah Subhanahu wata’ala semata yang memiliki al-asmaul husna.
Saya juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
hamba dan utusan-Nya yang telah menyampaikan risalah dengan penuh amanah
sehingga meninggalkan umat ini di atas agama yang jelas. Tidak ada satu
kebaikan pun kecuali umat telah diajak kepadanya. Tidak ada satu kejelekan pun
kecuali umat ini telah diingatkan darinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
kaum muslimin yang mengikuti petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu
wata’ala dengan sebenar-benar takwa dan marilah kita menjadi hambahamba- Nya
yang bersaudara. Yaitu bersaudara karena iman yang diwujudkan dengan saling
mencintai, kasih sayang, dan tolong-menolong dalam kebenaran serta saling
menasihati dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim rahimahumallah meriwayatkan
dengan lafadz yang semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah z dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,
إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا،
فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاَّهُ اللهُ
أَمْرَكُمْ؛ وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala meridhai untuk kalian
tiga hal dan membenci dari kalian dari tiga hal: Allah Subhanahu wata’ala
meridhai kalian agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa
pun; berpegang kuat dengan agama Allah Subhanahu wata’ala semuanya (bersatu)
dan tidak berceraiberai; serta agar menasihati orang yang Allah telah jadikan
sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah) membenci kalian dari mengatakan
(setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak bertanya, dan
membuang-buang harta.” (HR. Ahmad dan Muslim).
Hadirin rahimakumullah,
Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad memberitakan
bahwa Allah Subhanahu wata’ala meridhai kita untuk memiliki tiga sifat yang
dengannya seseorang akan berbahagia di dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut
adalah: Yang pertama adalah agar kita memperbaiki akidah dengan memurnikan
ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wata’ala dan berlepas diri dari berbagai
jenis kesyirikan. Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan. Sebab,
akidah merupakan ondasi yang dibangun di atasnya amalan seseorang. Apabila baik
akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaat amal salehnya.
Adapun jika rusak akidahnya, amalannya tidak bermanfaat dan tidak bernilai di
sisi Allah Subhanahu wata’ala. Oleh karena itu, seluruh rasul diperintah untuk
mengajak pada perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya. Setiap rasul
mengatakan,
فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ
غَيْرُهُ
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb
bagimu selain- Nya.” (al-A’raf: 59)
Perkara kedua yang Allah Subhanahu wata’ala ridha terhadap
hamba-Nya adalah agar kaum muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan
perpecahan. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengikuti jalan yang satu,
yaitu jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Kita
tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan ibadah serta dalam hal yang
berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak dimungkiri bahwa berbeda dan
berselisih adalah sifat dan tabiat manusia, namun hal tersebut tidak berarti
diperbolehkan. Allah Subhanahu wata’ala telah memberikan jalan keluar ketika
terjadi perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ
تَأْوِيلًا
“Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (al- Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa: 59)
Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah
dan ibadah yang berbeda-beda. Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan
hukum, ini halal dan ini haram dari dirinya sendiri tanpa berdasarkan dalil dan
bimbingan ulama.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat
orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita dilarang untuk mengikuti jalan mereka
sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu wata’ala,
وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ
مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ
“Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang didatangkan
al-kitab kepada mereka (Yahudi dan Nasrani) melainkan sesudah datang kepada
mereka bukti yang nyata.” (al-Bayyinah: 4)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ
مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang
bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali-Imran:
105)
Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan
bukanlah rahmat. Justru perpecahan adalah azab dan akan membuat kaum muslimin
saling bermusuhan. Perpecahan akan mencegah kaum muslimin untuk saling menolong
dalam kebaikan.
Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum
muslimin agar menjadi umat yang satu, yaitu dengan
kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah serta mengikuti jalan
Rasulullah n, baik dalam akidah, ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang
terjadi di antara mereka.
Perlu diingat, agama kita adalah agama yang menjaga
persatuan dan kebersamaan dalam banyak permasalahan, seperti dalam
bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan ibadah shalat, haji,
berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum
muslimin yang berpecah-belah dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing
bangga dengan kelompoknya serta fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat
benar atau salah.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ الَّذِيْ خَلَقَ الْخَلْقَ لِيَعْبُدُوْهُ، وَأَبَانَ
آيَاتِهِ لِيَعْرِفُوْهُ، وَسَهَّلَ لَهُمْ طَرِيْقَ اْلوُصُوْلِ إِلَيْهِ لِيَصِلُوْهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا
وَإِمَامَنَا وَقُدْوَتَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ اللهُ بِاْلهُدَى
وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Adapun perkara ketiga yang Allah Subhanahu wata’ala ridha
untuk kita menjalankannya adalah menegakkan nasihat terhadap penguasa dengan
menaatinya, mendoakan kebaikan untuknya ataupun membantunya untuk kebaikannya
dan kebaikan masyarakatnya. Penguasa yang dimaksud adalah penguasa muslim yang
sah yang memimpin suatu negeri dan memiliki wilayah serta kekuatan, baik dia
menjadi penguasa dengan cara dipilih maupun cara yang lainnya. Allah Subhanahu
wata’ala ridha kepada kaum muslimin untuk menaati pemerintah dalam perkara yang
ma’ruf serta untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkannya selama tidak
bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu wata’ala.
Begitu pula orang-orang yang mengemban amanat atau tugas
dari penguasa, seperti para pegawai pemerintahan atau yang semisalnya, wajib
bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan
sebaik-baiknya. Tidakboleh baginya untuk memanfaatkan tugas yang diembannya
sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau orang-orang dekatnya
sehingga berlaku tidak adil dan merugikan masyarakat secara umum.
Hadirin rahimakumullah,
Perlu diingat pula bahwa adanya seorang pemimpin muslim bagi
suatu masyarakat adalah karunia Allah Subhanahu wata’ala yang sangat besar.
Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi apabila suatu negara tidak ada
pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa tidak aman, dan ketakutan akan
menyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang
pemimpin tidak akan menjadi sebab kebaikan ketika masyarakat tidak mau
menaatinya dan menghormatinya. Maka dari itu, sungguh hal ini merupakan
prinsip-prinsip yang sangat penting untuk dipahami dan diamalkan. Demikianlah
yang disebutkan dalam hadits yang mulia ini. Kandungannya akan mendatangkan
kebaikan yang besar jika kaum muslimin mengamalkannya dalam kehidupannya.[cp]